Pemerintah Amerika Serikat kembali mengalami shutdown sejak awal Oktober 2025. Krisis anggaran yang tak kunjung disepakati antara Kongres dan pemerintahan Presiden Donald Trump membuat sebagian besar aktivitas pemerintahan federal lumpuh. Fenomena ini tidak hanya mengguncang Washington, tapi juga menimbulkan efek domino ke berbagai sektor ekonomi global — termasuk Indonesia.
KEBUNTUAN POLITIK DI CAPITOL HILL
Kebuntuan dimulai saat Kongres gagal mencapai kesepakatan soal rancangan anggaran negara (RAPBN) untuk tahun fiskal 2026. Perdebatan sengit terjadi antara Partai Republik dan Demokrat, terutama terkait pembiayaan program kesehatan Affordable Care Act (ACA) yang menjadi warisan pemerintahan sebelumnya.
Partai Demokrat menuntut agar dana untuk subsidi kesehatan masyarakat tetap dipertahankan, sementara Partai Republik berupaya memotong anggaran tersebut untuk menekan defisit. Ketika kesepakatan tak kunjung dicapai hingga batas waktu 30 September 2025, pemerintah federal resmi mengalami shutdown pada 1 Oktober.
Kondisi ini telah berlangsung lebih dari lima hari tanpa kejelasan arah negosiasi. Ribuan pegawai federal kini dirumahkan sementara tanpa gaji, sementara sekitar 750 ribu pegawai esensial terancam terkena PHK jika kebuntuan terus berlanjut.
DAMPAK LANGSUNG DI DALAM NEGERI AS
Dalam situasi shutdown, layanan publik non-esensial seperti taman nasional, museum, hingga beberapa kantor administrasi pemerintahan ditutup. Pegawai federal yang dianggap tidak mendesak dipaksa mengambil cuti tanpa bayaran. Sementara itu, sektor esensial seperti keamanan, pertahanan, dan layanan medis tetap berjalan, meski dengan beban berat karena kekurangan staf.
Pemerintahan Trump mulai menyiapkan skenario pemangkasan besar-besaran terhadap pegawai federal apabila situasi tak membaik. “Sekitar 750 ribu pegawai berpotensi kehilangan pekerjaan,” tulis media itu. Kondisi ini jelas menambah tekanan terhadap perekonomian AS yang sedang berjuang menjaga inflasi tetap terkendali.
Tak hanya itu, pasar keuangan juga mulai menunjukkan gejala kekhawatiran. Investor global menilai shutdown AS yang berkepanjangan bisa mengurangi kepercayaan terhadap stabilitas fiskal Amerika, negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
REAKSI PASAR DAN DAMPAK EKONOMI GLOBAL
Berdasarkan laporan The Guardian dan Reuters, para analis memperkirakan shutdown AS dapat menguras miliaran dolar per minggu dari ekonomi Amerika Serikat. Pengeluaran pemerintah yang terhenti otomatis menekan daya beli masyarakat, memperlambat rantai pasok, dan menurunkan kepercayaan investor.
Kondisi ini turut berdampak pada pasar global, termasuk negara-negara mitra dagang seperti Indonesia. Nilai dolar AS sempat mengalami fluktuasi karena investor mencari aset aman seperti emas dan obligasi jangka pendek. Di sisi lain, ekspor ke Amerika bisa menurun apabila permintaan dari sektor swasta di negara itu ikut melemah.
DAMPAK BAGI INDONESIA
Meski jaraknya jauh, perekonomian Indonesia tidak sepenuhnya kebal terhadap gejolak di Washington. Lembaga think-tank seperti CSIS menilai bahwa shutdown AS berpotensi menurunkan permintaan impor dari AS, termasuk produk tekstil, furnitur, dan elektronik asal Indonesia.
Namun, di sisi lain, situasi ini bisa menjadi peluang. Ketika pasar AS terguncang, investor global cenderung mencari negara berkembang dengan stabilitas ekonomi lebih baik. Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini dengan menawarkan iklim investasi yang lebih kondusif dan stabilitas politik yang relatif terjaga.
Pemerintah Indonesia juga memastikan bahwa negosiasi tarif dan kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat tetap berjalan. Kementerian Perdagangan menyebutkan, meskipun sebagian aktivitas pemerintahan AS lumpuh, jalur diplomasi dan ekonomi bilateral tetap dibuka melalui jalur non-federal.
APA YANG BISA TERJADI SELANJUTNYA?
Jika negosiasi anggaran tidak segera mencapai kesepakatan, risiko jangka panjangnya cukup besar. shutdown AS yang berkepanjangan bisa menekan pertumbuhan ekonomi AS dan memperburuk defisit fiskal. Dalam skenario terburuk, hal ini dapat memicu downgrade peringkat kredit Amerika — sesuatu yang pernah terjadi pada tahun 2011.
Namun, optimisme masih ada. Beberapa sumber di Senat menyebutkan bahwa kompromi politik sedang diupayakan. Kedua kubu kemungkinan akan menyetujui perpanjangan sementara anggaran untuk membuka kembali pemerintahan sambil melanjutkan pembahasan detil anggaran.
Krisis shutdown Amerika Serikat 2025 menjadi pengingat betapa rapuhnya stabilitas ekonomi global ketika politik menguasai logika ekonomi. Dampaknya bukan hanya bagi rakyat AS, tapi juga terhadap negara-negara mitra dagang seperti Indonesia.
Selama ketidakpastian masih membayangi Washington, pasar global akan terus waspada. Namun bagi Indonesia, momentum ini bisa dijadikan peluang untuk memperkuat posisi ekonomi nasional, memperluas pasar ekspor non-AS, dan membuktikan bahwa stabilitas fiskal serta politik tetap menjadi daya tarik utama di tengah badai global.
0 Comments